KUNINGAN, (VOX) – Rangkaian Hari Jadi Kabupaten Kuningan 2025 ditutup dengan gegap gempita konser band Kotak. Ribuan warga tumpah ruah menikmati hiburan gratis yang memang sudah lama dirindukan. Di tengah situasi sosial ekonomi yang penuh tantangan, hiburan rakyat semacam ini jelas membawa angin segar.Namun, tidak semua pihak menelan mentah-mentah euforia tersebut.

Masyarakat Peduli Kuningan (MPK) menyampaikan apresiasi sekaligus catatan kritis terkait pelaksanaan konser. Koordinator MPK, Yusup Dandi Asih, menilai tata letak konser menimbulkan ironi. Alih-alih benar-benar menjadi konser rakyat, suasana justru berubah seolah menjadi hajatan pejabat.

“Area depan panggung justru diisi sofa dan kursi pejabat, sementara masyarakat ditempatkan terpisah seolah tersekat. Sebuah ironi di tengah momentum yang seharusnya merayakan kebersamaan antara pemimpin dan warga,” ujarnya.

Bagi MPK, panggung hiburan mestinya menjadi simbol kesetaraan, bukan sekat sosial yang memperlebar jarak rakyat dengan pemimpinnya.

MPK juga memberikan apresiasi kepada PT Ajaib, yang digawangi Andi Gani Nenawea, atas dukungan penuh terhadap konser tersebut. Namun, MPK mengingatkan bahwa dana Corporate Social Responsibility (CSR) sebaiknya tidak berhenti pada gemerlap satu malam.

“Seandainya saja dana CSR yang besar itu bisa dialihkan atau dikombinasikan dengan program sosial seperti pembangunan rumah tidak layak huni, pemberian beasiswa, pembangunan fasilitas air bersih, atau pelatihan soft skill bagi anak muda Kuningan, manfaatnya akan jauh lebih panjang dan menyentuh langsung kehidupan masyarakat,” tegas Yusup.

MPK menegaskan tidak menolak hiburan. Namun, hiburan yang benar-benar berjiwa rakyat adalah hiburan yang tidak hanya menghibur mata pejabat di kursi empuk, tetapi juga “menghibur kehidupan” rakyat dalam arti sesungguhnya.

Di akhir, MPK berkomitmen terus mengawal agar setiap bentuk CSR dan kegiatan publik di Kuningan benar-benar berorientasi pada kepentingan dan kesejahteraan masyarakat, bukan sekadar pencitraan sesaat.***